Minggu, 23 September 2012

Contoh Laporan Hasil PTK



Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar PKn Melalui Metode Pembelajaran Kooperatif Model STAD (Student Teams Achievement Division) Pada Siswa Kelas VI-B SD Al Bayan Islamic School


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakan. Oleh sebab itu, guru harus memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar bagi siswanya dan memperbaiki kualitas mengajarnya.
Hal ini menuntut perubahan-perubahan dalam mengorganisasikan kelas, penggunaan metode mengajar, strategi belajar mengajar, maupun sikap dan karakteristik guru dalam mengelola proses belajar mengajar. Guru berperan sebagai pengelola proses belajar-mengajar, bertindak sebagai fasilitor yang berusaha mencipatakan kondisi belajar mengajar yang efektif, sehingga memungkinkan proses belajar mengajar, mengembangkan bahan pelajaran dengan baik, dan meningkatkan kemampuan siswa untuk menyimak pelajaran dan menguasai tujuan-tujuan pendidikan yang harus mereka capai. Untuk memenuhi hal tersebut di atas, guru dituntut mampu mengelola proses belajar mengajar yang memberikan rangsangan kepada siswa, sehingga ia mau belajar karena siswalah subyek utama dalam belajar.
Mengajar adalah membimbing belajar siswa sehingga ia mampu belajar. Dengan demikian aktifitas siswa sangat diperlukan dalam kegiatan belajar-mengajar sehingga siswalah yang seharusnya banyak aktif, sebab siswa sebagai subyek didik adalah yang merencanakan, dan ia sendiri yang melaksanakan belajar. Pada kenyataan, di sekolah-sekolah seringkali guru yang aktif, sehingga siswa tidak diberi kesempatan untuk aktif.
Kegiatan belajar bersama dapat membantu memacu belajar aktif. Kegiatan belajar dan mengajar di kelas memang dapat menstimulasi belajar aktif. Namun kemampuan untuk mengajar melalui kegiatan kerjasana kelompok kecil akan memungkinkan untuk menggalakkan kegiatan belajar aktif dengan cara khusus. Apa yang didiskusikan siswa dengan teman-temannya dan apa yang diajarkan siswa kepada teman-temannya memungkinkan mereka untuk memperoleh pemahaman dan penguasaan materi pelajaran.
Pembelajaran PKn tidak lagi mengutamakan pada penyerapan melalui pencapaian informasi, tetapi lebih mengutamakan pada pengembangan kemampuan dan pemrosesan informasi. Untuk itu aktifitas peserta didik perlu ditingkatkan melalui latihan-latihan atau tugas dengan bekerja dalam kelompok kecil dan menjelaskan ide-ide kepada orang lain”. (Hartoyo, 2000:24).
Pembelajaran kooperatif lebih menekankan interaksi antar siswa. Dari sini siswa akan melakukan komunikasi aktif dengan sesama temannya. Dengan komunikasi tersebut diharapkan siswa dapat menguasai materi pelajaran dengan mudah karena “siswa lebih mudah memahami penjelasan dari kawannya dibanding penjelasan dari guru, karena taraf pengetahuan serta pemikiran mereka lebih sejalan dan sepadan”. (Sulaiman dalam Wahyuni 2001:2).
Pete Tschumi dari Universitas Arkansas Little Rock memperkenalkan suatu ilmu pengetahuan pengantar pelajaran komputer selama tiga kali, yang pertama siswa bekerja secaraa individu, dan dua kali secaraa kelompok. Dalam kelas pertama hanya 36% siswa yang mendapat nilai C atau lebih baik, dan dalam kelas yang bekerja secaraa kooperatif ada 58% dan 65% siswa yang mendapat nilai C atau lebih baik (Felder, 199:14).
Berasarkan paparan tersebut di atas, maka peneliti ingin mencoba melakukan penelitian dengan judul “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar PKn Melalui Metode Pembelajaran Kooperatif Model STAD (Student Teams Achievement Division) Pada Siswa Kelas VI-B SD Al Bayan Islamic School Semester Ganjil - Tahun Pelajaran 2011/2012”.

B.     Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang di atas, maka penulis merumuskan permasalahannya sebagai berikut:
1.      Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar PKn dengan diterapkannya metode pembelajaran kooperatif model STAD pada siswa kelas Kelas VI-B SD Al Bayan Islamic School Semester Ganjil - Tahun Pelajaran 2011/2012?
2.      Bagaimanakah pengaruh metode pembelajaran kooperatif model STAD terhadap motivasi belajar PKn pada siswa kelas Kelas VI-B SD Al Bayan Islamic School Semester Ganjil - Tahun Pelajaran 2011/2012?

C.    Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
  1. Ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar PKn setelah diterapkannya pembelajaran kooperatif model STAD pada siswa kelas Kelas VI-B SD Al Bayan Islamic School Semester Ganjil - Tahun Pelajaran 2011/2012.
  2. Ingin mengetahui pengaruh motivasi belajar PKn setelah diterapkannya pembelajaran kooperatif model STAD pada siswa kelas Kelas VI-B SD Al Bayan Islamic School Semester Ganjil - Tahun Pelajaran 2011/2012.
  3. Memberikan gambaran tentang metode pembelajaran yang tepat dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa dan menjadikan siswa menjadi aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

D.   Hipotesis Tindakan
Berdasarkan pada permasalahan dalam penelitian tindakan yang berjudul UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PKn MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) PADA SISWA KELAS VI-A SD AL BAYAN ISLAMIC SCHOOL SEMESTER GANJIL – TAHUN PELAJARAN 2011/2012  yang dilakukan oleh peneliti, dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut:
"Jika Proses Belajar Mengajar Siswa Kelas Kelas VI-B SD Al Bayan Islamic School Semester Ganjil - Tahun Pelajaran 2011/2012 menggunakan metode pembelajaran kooperatif model stad (student teams achievement division) dalam menyampaikan materi pembelajaran, maka dimungkinkan minat belajar dan hasil belajar siswa kelas Kelas VI-B SD Al Bayan Islamic School Semester Ganjil - Tahun Pelajaran 2011/2012 akan lebih baik dibandingkan dengan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru sebelumnya".

D.    Manfaat Penelitian
     Adapun maksud penulis mengadakan penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai:
  1. Menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang peranan guru PKn dalam meningkatkan pemahaman siswa belajar PKn.
  2. Sumbangan pemikiran bagi guru PKn dalam mengajar dan meningkatkan  pemahaman siswa belajar PKn.
  3. Proses belajar mengajar PKn tidak lagi monoton.
  4. Ditemukannya strategi pembelajaran yang tepat, tidak konvesional tetapi variatif.
  5. Keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas mandiri maupun kelompok meningkat.
  6. Menjadikan bahan ajar lebih menarik, sehingga proses pembelajaran sesuai dengan tujuan dan prestasi akademik siswa semakin meningkat. 
E.     Penjelasan Istilah
       Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap tujuan ini, maka perlu didefinisikan hal-hal sebagai berikut  :
1.      Metode pembelajaran kooperatif adalah:
      Suatu metode pembelajaran dengan cara mengelompokkkan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil untuk bekerja sama dalam pemechan masalah dengan kemampuan siswa dalam setiap kelompok yang heterogen.
2.      Motivasi belajar adalah:
      Suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalan diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu. 
3.   Prtestasi belajar adalah :
      Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor, setelah siswa mengikuti pelajaran.

F.     Batasan Masalah
Karena keterbatasan waktu, maka diperlukan pembatasan masalah yang meliputi:
1.      Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa Kelas Kelas VI-B SD Al Bayan Islamic School Semester Ganjil - Tahun Pelajaran 2011/2012.
2.      Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012.
3.      Materi yang disampaikan adalah pokok bahasan Sistem Politik Indonesia.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

 

A.        Pengertian Prestasi Belajar

Hakikat dari tujuan pendidikan yang ingin dicapai pada dasarnya adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar berkembang intelektualnya, emosialnya, dan jasmaninya, yaitu agar peserta didik dapat meraih prestasi yang cemerlang. Menurut Baban Sarbana dan Dina Diana (2002:27) menyatakan bahwa, Prestasi adalah pemanfaatan secara optimal kemampuan kita untuk melebihi rata-rata. Prestasi berhubungan dengan segala sesuatu yang menjadi hebat karena biasanya orang memandang seperti itu. Prestasi adalah hasi yang telah dicapai, prestasi adalah wibawa yang berkaitan dengan prestasi dan kemampuan”.
Dan salah satu alat ukur prestasi belajar peserta didik adalah nlai rapor. Menurut Siti Mariyam (2001:48) menyebutkan bahwa, Nilai rapor dapat memberikan gambaran prestasi belajar peserta didik”. Dalam konteks prestasi belajar, yang dapat disebut prestasi belajar adalah dimana nilai yang diperoleh peserta didik (peserta didik) cukup baik, minimal nilai delapan. Standar prestasi ini tentunya berbeda satu dengan yang lainnya. Menurut Departemen Pendidikan dan Nasional R.I menyatakan nilai delapan dikategorikan baik. Maka Standar dari Departemen Pendidikan Nasional dapat dijadikan sebagai acuan yang resmi dipakai”.
Prestasi siswa tidak hanya dilihat dari satu sisi saja, tetapi merupakan satu kesatuan yang integral yang saling berhubungan, antara satu sama lain. Prestasi belajar yang dicapai dari peserta didik tidak hanya semata-mata dari nilai akademik saja, tetapi harus pula dilihat hal-hal yang bersifat non akademik juga. Menurut Siti Mariyam  (2001:49) menyebutkan bahwa, “Prestasi belajar merupakan suatu hasil dari berbagai faktor antara lain faktor kemampuan dasar (intelegensi), bakat, cara belajar, motivasi/dorongan, kondisi fisik anak, fasilitas belajar, lingkungan fisik anak, keadaan psikologis di rumah, hubungan anak dengan orang tua, hubungan dengan guru serta hubungan dengan teman. Lebih lanjut dikatakan bahwa, prestasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor pribadi dan lingkungan. Faktor pribadi berasal dari dalam diri anak meliputi: intelegensi, motivasi, kebiasaan belajar atau disiplin belajar. Sementara faktor lingkungan meliputi lingkungan fisik dan non fisik. Keduanya memiliki pengaruh yang relatif seimbang terhadap prestasi belajar. Faktor lingkungan yang tidak kondusif, seperti sarana/prasarana yang tidak memadai diduga dapat menyebabkan melemahnya prestasi. Demikian pula dengan lingkungan non fisik yang diantaranya adalah hubungan kepada guru, kepala sekolah, karyawan dan peserta didik. Kurangnya perhatian guru dapat mempengaruhi upaya belajar anak”.
Dalam buku pedoman penilaian yang disusun Depdikas (2004:5) Bloom menyatakan bahwa, ada tiga keberhasilan yang dikelompokkan pada tiga unsur, yaitu: “Unsur Kognitif, mencakup knowledge comprehention, application, analisys syintesa, dan evaluation (penilaian yang berhubungan dengan kompetensi ilmu pengetahuan); Unsur Afektif, mencakup receiving/kesadaran, responding, valuing/nilai kepercayaan, dan characteristic/internalisasi nilai (penilaian yang berhubungan dengan sikap); dan Unsur Psikomotor, mencakup skil, dan kemampuan bertindak (penilaian yang berhubungan dengan keterampilan)”.

B.   Pengertian Pembelajaran

              Pembelajaran adalah proses, cara, menjadikan orang atau mahluk hidup belajar. Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. (KBBI, 1996: 14).
              Sependapat dengan pernyataan tersebut Sutomo (1993:68) mengemukakan bahwa, “pembelajaran adalah proses pengelolaan lingkungan seseorang yang dengan sengaja dilakukan, sehingga memungkinkan dia belajar untuk melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku tertentu pula. Sedangkan belajar adalah suatu proses yang menyebabkan perubahan tingkah laku yang bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat fisik, tetapi perubahan dalam kebisaaan, kecakapan, bertambah, berkembang daya pikir, sikap dan lain-lain”. (Soetomo, 1993: 120).
             Pasal 1 Undang-undang No.20 tahun 2003 tentang pendidikan nasional menyebutkan bahwa, “pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.
             Jadi, pembelajaran adalah proses yang disengaja yang menyebabkan siswa belajar pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada situasi tertentu.   

C.   Model Pembelajaran Kooperatif
            Pembelajaran kooperatif adalah suatu pengajaran yang melibatkan siswa untuk bekerja dalam kelompok-kelompok untuk menetapkan tujuan bersama, pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran dengan cara menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki kemampuan berbeda”. (Felder, 1994: 2).
            Metode pembelajaran kooperatif memusatkan aktifitas di kelas pada siswa dengan cara pengelompokan siswa untuk bekerja sama dalam proses pembelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa tidak hanya sebagai objek belajar tetapi menjadi subjek belajar karena mereka dapat berkreasi secaraa maksimal dalam proses pembelajaran. Hal ini terjadi karena, pembelajaran kooperatif merupakan metode alernatif dalam mendekati pemecahan permasalahan, mampu mengerjakan tugas besar, meningkatkan keterampilan komunikasi dan social karena kemampuan siswa dalam setiap kelompok adalah hiterogen, mengutamakan dalam mencapai tujuan pembelajaran dalam memupuk dan melatih kerjasama serta perolehan kepercayaan diri. Dalam pembelajaran ini, “siswa saling mendorong untuk belajar, saling memperkuat upaya-upaya akademik dan menerapkan norma yang menunjang pencapaian hasil belajar yang tinggi”. (Nur, 1996:4)
            Pembelajaran kooperatif mempunyai unsur-unsur yang perlu diperhatikan. Unsur-unsur tersebut sebagai berikut :
1.      Para siswa harus memiliki persepsi bahawa mereka “tenggelam atau berenang bersama”.
2.      Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap siswa lain dalam sekelompoknya, disamping tanggungjawab terhadap dirinya sendiri, dalam mempelajari materi yang dihadapi.
3.      Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semuanya memiliki tujuan  yang sama.
4.      Para siswa harus membagi tugas dan berbagai tanggung jawab sama besarnya diantara para anggota kelompok.
5.      Para siswa akan diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi seluuh anggota kelompok.
6.      Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar.
7.      Para siswa akan diminta mempertanggungjawabkan  secaraa individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. 
            Johnson, Johnson, dan Smitt dalam Felder (199:2) menambahkan unsur-unsur alam pembelajran kooperatif sebagai berikut:
1)      Ketergantungan Positif
Anggota kelompok harus saling tergantung untuk mencapai tujuan. Jika ada anggota yang gagal mengerjakan tugasnya, maka setiap anggota harus menerima konsekuensinya.
1)      Kemampuan Individual
Seluruh siswa dalam satu kelompok memiliki tanggungjawab melakukan pekerjaannya dan menguasai seluruh bahan untuk dipelajari. 
1.      Promosi tatap muka interaktif
Meskipun beberapa kelompok kerja dibagi-bagikan dan dilakukan tiap-tiap individu, beberapa diantaranya harus dilakukan secaraa interaktif, anggota kelompok saling memberikan timbal balik. 
2.      Manfaat dari penggabungan keahlian yang tepat
Siswa didorong dan dibantu untuk mengembangkan dan mempraktekkan pembangunan kepercayaan, kepemimpinan, pembuatan keputusan, komunikasi dan koflik manajemen keahlian. 
3.    Kelompok Proses
Anggota kelompok mengatur kelompok , secaraa periodik menilai apa yang mereka lakukan dengan baik sebagai sebuah kelompok dan mengidenifikasi perubahan yang akan mereka lakukan agar fungsi mereka lebih efektif di waktu selanjutnya.
Berdasarkan unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif, Johnson, Johnson dalam Wahyuni (2001:10) menyebutkan peranan guru dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
1.      Menentukan objek pembelajaran.
2.      Membuat keputusan menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar sebelum pembelajaran dimulai.
3.      Menerangkan tugas dan tujuan akhir pada siswa.
4.      Menguasai kelompok belajar dan menyediakan keperluan tugas.  
5.      Mengevaluasi prestasi siswa dan membantu siswa dengan cara mendiskusikan cara kerjasama.

D.  Keterampilan Kooperatif
     Pembelajaran kooperatif akan terlaksana dengan baik jika siswa memiliki keterampilan-keterampilan kooperatif. Keterampilan-keterampilan kooperatif yang perlu dimiliki siswa seperti diungkapkan Nur (1996:25) adalah keterampilan kooperatif tingkat awal, tingkat menengah dan tingkat mahir.
1.      Keterampilan kooperatif  tingkat awal
Keterampilan kooperatif tingkat awal meliputi hal-hal sebagai berikut:
-          Menggunakan kesepakatan
      Menggunakan kesepakatan artinya setiap anggota kelompok memiliki kesamaan pendapat. Menggunakan kesepakatan bertujuan untuk mengetahui siapa yang memiliki pendapat yang sama.
-          Menghargai kontribusi
      Maksud dari menghargai kontribusi yaitu memperhatikan atau mengenal apa yang dikatakan atau dikerjakan oleh anggota kelompok yang dibuat lain. Tidak selalu harus menyetujui, dapat saja tidak menyetujui yang berupa kritik, tetapi kritik yang diberikan harus terhadap ide dan tidak terhadap pelaku. 
-          Menggunakan suara pelan
Tujuan menggunakan suara dalam kerja kelompok adalah agar anggota kelompok dapat mendengar percakapan dengan jelas dan tidak frustasi oleh suara keras dalam ruangan.
-          Mengambil giliran dan berbagi tugas
Setiap anggota kelompok harus bias menggantikan seseorang yang mengemban tugas tertentu dan mengambil tanggung jawab tertentu dalam kelompok.
-          Berada dalam kelompok
Untuk menciptakan pekerjaan kelompok yang efisien setiap anggota kelompok harus tetap duduk atau berada dalam tempat kerja kelompok. Setiap anggota kelompok harus meneruskan tugas yang menjadi tanggungjawabnya agar kegiatan selesai tepat waktu.
-          Mendorong partisipasi
Anggota kelompok selalu mendorong semua anggota kelompok untuk memberikan sumbangan terhadap penyelesaian tugas kelompok, karena jika satu atau dua anggota kelompok tidak berpartisipasi atau hanya memberikan sedikit sumbangan, maka hasil dari kelompok tersebut tidak akan terselesaikan pada waktunya atau hasilnya kurang orisinil atau kerang imajinatif.
-          Mengundang orang lain untuk berbicara
      Maksud dari mengundang orang lain untuk berbicara yaitu meminta orang lain untuk berbicara agar hasil kelompok bisa maksimal.
-          Menyelesaikan tugas tepat waktunya
      Tugas yang dikerjakan harus diselesaikan sesuai dengan waktu yang direncanakan agar memperoleh nilai yang tinggi.
-          Menyebutkan nama dan memandang bicara
      Memanggil satu sama lain menggunakan nama dan menggunakan kontak mata akan memberikan bahwa mereka telah memberikan kontribusi penting kelompok. 
-          Mengatasi gangguan
      Mengatasi gangguan berarti menghindari masalah yang diakibatkan karena tidak atau kurangnya perhatian terhadap tugas yang diberikan. Gangguan dapat membuat suatu kelompok tidak dapat menyelesaikan tugas belajar yang diberikan. 
-          Menolong tanpa memberi jawaban
      Agar siswa tidak merasa telah memahami atau menemukan konsep dalam memberikan bantuan tidak dengan menunjukkan cara pemecahannya. 
-          Menghormati perbedaan individu
      Bersikap menghormati perbedaan terhadap budaya unik, pengalaman hidup serta suku bangsa / ras dari semua siswa dapat menghindari permusuhan dalam kelompok. Ketegangan dapat dikurangi, rasa memiliki dan persahabatan dapat dikembangkan serta masing-masing individu anggota kelompok dapat meningkatkan rasa kebaikan, sensitivitas dan toleransi. 

2.      Keterampilan koooperatif menengah
Keterampilan kooperatif tingkat menengah meliputi:
-          Menunjukkan penghargaan dan simpati
      Menunjukkan rasa hormat, pengertian dan rasa sensitivitas terhadap usulan-usulan yang berbeda dari usulan orang lain.
-          Menggunakan pesan “saya
      Dalam berbicara perlu menggunakan kata “saya” agar orang lain tidak merasa terancam atau merasa bersalah, sehingga permusuhan dapat dihindari. 
-          Menggunakan ketidaksetujuan dengan cara yang dapat diterima
      Menyatakan pendapat yang berbeda atau menjawab pertanyaan harus dengan cara yang sopan dan sikap yang baik, karena jika mengkritik seseorang dan memadamkan ide seseorang dapat menimbulkan atmosfir yang negatif dalam kelompok.  
-          Mendengarkan dengan aktif
      Mendengarkan dengan aktif maksudnya menggunakan pesan fisik dan lisan dalam memperhatikan pembicara. Pembicara akan mengetahui bahwa pendengar secaraa giat sedang menyerap informasi. Pengertian terhadap konsep akan meningkat dan hasil kelompok akan menunjukkan tingkat pemikiran dan komunikasi yang tinggi.  
-          Bertanya
      Bertanya artinya meminta atau menanyakan suatu informasi atau penjelasan lebih jauh. Dengan bertanya dapat menjelaskan konsep, seseorang yang sedang tidak aktif dapat didorong untuk ikut serta, dan anggota kelompok yang malu dapat dimotivasi untuk ikut berperan serta.
-          Membuat ringkasan
      Membuat ringkasan maksudnya mengulang kembali informasi. Ini dapat digunakan untuk membantu mengatur apa yang sudah dikerjakan dan apa yang perlu dikerjakan.
-          Menafsirkan
      Menafsirkan artinya menyatakan kembali informasi dengan kalimat yang berbeda. Informasi dapat dijelaskan dan hal-hal yang penting dapat diberi penekanan.
-          Mengatur dan mengorganisir
      Merencanakan dan menyusun pekerjaan sehingga dapat diselesaikan secaraa efektif dan  efisien. Dengan mengatur dan mengorganisir tugas-tugas yang diberikan akan dapat diselesaikan dengan efektif dan efisien.
-          Memeriksa ketepatan 
      Membandingkan jawaban dan memastikan bahwa jawaban itu benar. Manfaatnya yaitu pekerjaan akan bebas dari kesalahan dan kekurang tepatan. Pemahaman terhadap bidang studi juga akan berkembang.
-          Menerima tanggungjawab
      Menerima tanggungjawab bersedia dan mampu memikul tanggungjawab dari tugas-tugas  an kewajiban untuk diri sendiri dan kelompok, untuk menyelesaikan tugas yang diberikan.
-          Menggunakan kesabaran
      Bersikap toleran pada teman, tetap pada pekerjaan dan bukan kesulitan-kesulitan, serta tidak membuat keputusan  yang tergesa-gesa.
-          Tetap tenang / mengurangi ketegangan
      Maksud dari tetap tenang/ mengurangi ketegangan adalah menimbulkan atmosfir yang damai dalam kelompok. Suasana yang hening dalam kelompok dapat menimbulkan tingkat pembelajaran yang lebih tinggi.  
3.      Keterampilan koooperatif tingkat mahir
      Keterampilan tingkat mahir meliputi hal-hal sebagai berikut:
-          Mengelaborasi
      Mengelaborasi berarti memperluas konsep, kesimpulan dan pendapat-pendapat yang berhubungan dengan topik tertentu. Mengelaborasi dapat menghasilkan pemahaman yang lebih dalam dan prestasi yang lebih tinggi. 
-          Memeriksa secara cermat
      Berbicara dengan pokok pembicaraan yang lebih mendalam untuk mendapatkan jawaban yang benar. Memeriksa secaraa cermat dapat menjamin bahwa jawabannya benar.
-          Menanyakan kebenaran
      Menayakan kebenaran maksudnya membuktikan bahawa jawaban yang dikemukakan adalah benar atau memberikan alasan untuk jawaban tersebut. Menanyakan kebenaran akan membantu siswa untuk berfikir tentang jawaban yang diberikan dan untuk lebih meyakinkan terhadap ketepatan jawaban tersebut.    
-          Menganjurkan suatu posisi
      Menganjurkan suatu posisi maksudnya menunjukkan posisi kelompok terhadap suatu masalah tertentu.


-          Menetapkan tujuan
      Menetapkan tujuan maksudnya menetukan prioritas-prioritas. Pekerjaan dapat diselesaikan lebih efisien jika tujuannya jelas.
-          Berkompromi
      Berkompromi adalah menentukan pokok permasalahan dengan persetujuan bersama. Kompromi dapat membangun rasa hormat kepada orang lain dan mengurangi konflik antar pribadi.
-          Menghadapi masalah khusus
      Menghadapi masalah khusus  maksudnya menunjukkan masalah dengan pemakai pesan “saya”, tidak menuduh, tidak menggunakan sindiran, atau memanggil nama. Hal tersebut menunjukkan bahwa hanya sikap yang dapat berubah bukan ciri atau ketidak mampuan  seseorang. Semuanya itu bertujuan untuk memecahkan masalah dan bukan untuk memenangkan masalah. Dengan hal ini konflik pribadi akan berkurang. Tingkat kebaikan, sensitivitas dan toleran akan meningkat. 

E.  Metode Pembelajaran Kooperatif Model STAD
 Langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif model STAD sebagai berikut:
1.      Kelompokan siswa dengan masing-masing kelompok terdiri dari tiga sampai dengan lima orang. Angota-anggota kelompok dibuat heterogen, meliputi karakteristik kecerdasan, kemampuan, motivasi belajar, jenis kelamin, ataupun latar belakang etnis yang berbeda.
2.      Kegiatan pembelajaran dimulai dengan presentasi guru dalam menjelaskan pelajaran berupa paparan masalah, pemberian data, pemberian contoh. Tujuan presentasi adalah untuk mengenalkan konsep dan mendorong rasa ingin tahu siswa.
3.      Pemahaman konsep dilakukan dengan cara siswa diberi tugas-tugas kelompok Mereka boleh mengerjakan tugas-tgas tersebut secaraa serentak atau saling bergantian menanyakan kepada temannya yang lain atau mendiskusikan masalah dalam kelompok atau apa saja untuk menguasai materi pelajaran tersebut. Para siswa tidak hanya dituntut untuk mengisi lembar jawaban, tapi juga untuk mempelajari konsepnya. Anggota kelompok diberitahu bahwa mereka dianggap belum selesai mempelajari materi sampai semua anggota kelompok memahami materi pelajaran tersebut.
4.      Siswa diberi tes atau kuis individual dan teman sekelompoknya tidak boleh menolong satu sama lain. Tes individual ini bertujuan untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap suatu konsep dengan cara siswa diberikan soal yang dapat diselesaikan dengan cara menerapkan konsep yang dimiliki sebelumnya.
5.      Hasil tes atau kuis selanjutnya dibandingkan dengan rata-rata sebelumnya dan poin akan diberikan berdasarkan tingkat keberhasilan siswa mencapai atau melebihi kinerja sebelumnya. Poin ini selanjutnya dijumlahkan untuk membentuk skor kelompok. 
6.      Setelah itu guru memberikan penghargan kepada kelompok yang terbaik prestasinya atau yang telah memenuhi kriteria tertentu. Penghargaan disini dapat berupa hadiah, sertifikat, dan lain-lain.
Tujuan utama model pembelajaran STAD adalah untuk memotivasi para siswa  untuk mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan-keterampilan yang disajikan oleh guru. Jika para siswa menginginkan agar kelompok mereka memperoleh penghargaan, mereka harus membantu teman sekelompoknya mempelajari materi yang diberikan. Mereka harus mendorong teman mereka untuk melakukan yang terbaik dan menyatakan suatu norma bahwa belajar itu merupakan suatu yang penting, berharga dan menyenangkan.  

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.
Menurut Sukidin dkk. (2002:54) “ada  4 macam bentuk penelitian tindakan yaitu: (1) penelitian tindakan guru sebagai peneliti, (2) penelitian tindakan kolaboratif, (3) penelitian tindakan simultan terintegratif, dan (4) penelitian tindakan sosial eksperimental”.
Keempat bentuk penelitian tindakan di atas,  ada persamaan dan perbedaannya. Menurtut Kasbolah, (2000) (dalam Sukidin, dkk. 2002 : 55), “ciri-ciri dari setiap penelitian tergantung pada: (1) tujuan utamanya atau pada tekanannya, (2) tingkat kolaborasi antara pelaku peneliti dan peneliti dari luar, (3) proses yang digunakan dalam melakukan penelitian, dan (4) hubungan antar proyek dengan sekolah”.
Dalam penelitian ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti, dimana guru sangat berperan sekali dalm proses penelitian tindakan kelas. Dalam bentuk ini, tujuan utama penelitian tindakan kelas ialah untuk meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas. Dalam kegiatan ini guru terlibat langsung  secara penuh dalam proses perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Kehadiran pihak lain dalam penelitian ini perananya tidak dominan dan sangat kecil.
Penelitian ini mengacu pada perbaikan pembelajaran yang berkesinambungan. Kemmis dan Tagart (1988:14) menyatakan bahwa, “model penelitian tindakan adalah berbentuk spiral. Tahapan penelitian tindakan pada suatu  siklus meliputi perencanaan atau pelaksanaan observasi dan refleksi. Siklus ini berlanjut dan akan dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan dan dirasa sudah cukup”.    

A.  Tempat, Waktu dan Subjek Penelitian
  1. Tempat Penelitian
      Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di SD Al Bayan Islamic School tahun pelajaran 2011/2012.
  1. Waktu Penelitian
      Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November Semester Ganjil - Tahun Pelajaran 2011/2012.
  1. Subjek Penelitian
      Subjek penelitian adalah siswa-siswi kelas VI-B  SD Al Bayan Islamic Tahun Pelajaran 2011/2012 pada pokok bahasan Sistem Politik Indonesia.

B.  Rancangan Penelitian
    Menurut pengertiannya penelitian tindakan adalah penelitian tentang hal-hal yang terjadi di masyarakat atau sekelompok sasaran, dan hasilnya langsung dapat dikenakan pada masyarakat yang bersangkutan  (Arikunto, Suharsimi  2002:82). Ciri atau karakteristik utama dalam penelitian tindakan adalah “adanya  partisipasi dan kolaborasi antara peneliti dengan anggota kelompok sasaran. Penelitian tindakan adalah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk proses pengembangan inovatif yang dicoba sambil jalan  dalam mendeteksi memecahkan masalah. Dalam prosesnya pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan teersebut dapat mendukung satu sama lain”.
     Sedangkan tujuan penelitian tindakan harus memenuhi beberapa prinsip sebagai berikut:
  1. Permasalahan atau topik yang dipilih harus memenuhi kriteria, yaitu benar-benar nyata dan penting, menarik perhatian dan mampu ditangani serta dalam  jangkauan kewenangan peneliti untuk melakukan perubahan.
  2. Kegiatan penelitian, baik intervensi maupun pengamatan yang dilakukn tidak boleh sampai mengganggu atau menghambat kegiatan utama.
  3. Jenis intervensi yang dicobakan harus efektif dan efisien 
  4. Metodologi yang harus jelas, rinci dan terbuka, setiap langkah dari tindakan dirumuskan dengan tegas, sehingga orang yang berminat terhadap penelitian tersebut dapat mengecek setiap hipotesis dan pembuktiannya.
  5. Kegiatan penelitian diharapkan dapat merupakan proses kegiatan yang berkelanjutan (on-going), mengingat bahwa, “pengembangan dan perbaikan terhadap kualitas tindakan memang tidak dapat berhenti tetapi menjadi tantangan setiap waktu”. (Arikunto, Suharsimi, 2002: 82-83).
      Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan  dari Kemmis dan Taggart (dalam Arikunto, Suharsimi, 2002: 83), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana),  action (tindakan),  observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus I dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut:
 















Gambar 3.1. Alur PTK

Penjelasan alur diatas adalah :
  1. Rancangan/ rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrument penelitian dan perangkat pembelajaran.
  2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya metode pembelajaran kooperatif model STAD.
  3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat.
  4. Rancangan/ rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.
      
Observasi dibagi dalam 3 putaran, yaitu putaran 1,2 dan 3, dimana masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah dilaksanakan.

C.   Alat Pengumpul Data  
    Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah “tes buatan guru yang fungsinya adalah: (1) Untuk menentukan seberapa baik siswa telah menguasai bahan pelajaran yang telah diberikan dalam waktu tertentu; (2) Untuk menentukan apakah suatu tujuan telah tercapai; dan (3) Untuk memperoleh suatu nilai”. (Arikunto, Suharismi, 2002: 19). Sedangkan tujuan dari tes adalah untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa secaraa individual maupun secaraa klasikal. Disamping itu untuk mengetahui letak kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa,         sehingga dapat dilihat dimana kelemahannya, khususnya pada bagian mana TPK yang belum tercapai. Untuk memperkuat data yang dikumpulkan, maka juga digunakan metode observasi (pengamatan) yang dilakukan oleh teman sejawat untuk mengetahui dan merekam aktifitas guru dan siswa dalam proses belajar mengajar.

D.  Teknik Analisis Data
    Untuk mengetahui kefektivan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisis data. Pada penelitian ini menggunakan teknik  analisis dekriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa, juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran.
    Untuk menganalisi tingkat keberhasilan atau presentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara: memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis paa setiap akhir putaran.

Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu:
  1. Untuk menilai ulangan atau tes formatif
Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan: 
X =  
Dengan            : X       = Nilai rata-rata
                         ∑ X    = Jumla semua nilai siswa
                        ∑ N     = Jumlah siswa
  1. Untuk ketuntasan belajar
Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secaraa perorangan dan secaraa klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994), “yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar baik dikelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 65%”.

Untuk menghitung presentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:  
            P =  x 100%
  1. Untuk lembar observasi
a.      Lembar observasi pengelola metode pembelajarn koooperatif model STAD
      Untuk menghitung lembar observasi pengelolaan metode pembelajaran kooperatif model STAD digunakan rumus sebagai berikut: 
      X =  
      Dimana P1 = Pengamat 1 dan P2 = Pengamat 2

b.      Lembar observasi aktifitas guru dan siswa
      Untuk menghitung lembar observasi aktifitas guru dan siswa digunakan rumus sebagai berikut :
      % = x 100 % dengan
      X =  =
      Dimana :    %         = Presentase pengamatan
                        X         = Rata-rata
                        ∑ x      = Jumlah rata-rata
                        P1        = Pengamat 1
                        P2        = Pengamat 2
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Data penelitian diperoleh dari data observasi berupa pengamatan perngelolaan metode pembelajaran kooperatif model STAD dan pengamatan aktivitas guru dan siswa pada setiap siklus. Data lembar observasi diambil dari dua pengamatan yaitu data pengamatan pengelolaan metode pembelajaran kooperatif model STAD yang digunakan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode pembelajaran kooperatif model STAD dalam meningkatkan prestasi belajar siswa dan data pengamatan aktivitas guru dan siswa. Data tes formatif untuk mengetahui peneingkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya metode pembelajaran kooperatif model STAD.
A.   Analisis Hasil Penelitian
1.      Siklus I
a.      Tahap Perencanaan
        Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 1, sial tes formatif I dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengolahan metode pembelajaran kooperatif  model STAD, dan lembar observasi aktifitas guru dan siswa. 
b.      Tahap kegiatan dan pelaksanaan
     Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilakasanakan  pada tanggal 5 November 2011 di Kelas VI-A SD Al Bayan Islamic School dengan jumlah siswa 25 siswa. Pelaksanaan metode pembelajaran kooperatif model STAD melalui tahapan sebagai berikut: (1) Pelaksanaan pembelajaran, (2) Diskusi kelompok, (3) Tes, (4) Penghargaan kelompok, (5) Menentukan nilai individual dan kelompok. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengajar, sedangkan yang bertindak sebagai pengamat adalah seorang guru PKn dan Wali Kelas VI-B SD Al Bayan Islamic School. Adapun proses belajr mengajar mengacu pda rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
        Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagi berikut:
Tabel 4.1 Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus I
No
Aspek yang diamati
Penilaian
Rata-rata
P1
P2
I
Pengamatan KBM
A.   Pendahuluan 
1.       Memotivasi siswa
2.       Menyampaikan tujuan pembelajaran
3.       Menghubungkan dengan pelajaran sebelumnya  
4.       Mengatur siswa dalam kelompok-kelompok belajar
2
2


2
2


2
2


B.   Kegiatan inti
1.       Mempresentasikan langkah-langkah metode pembelajaran kooperatif
2.       Membimbing siswa melakukan kegiatan
3.       Melatih keterampilan kooperatif
4.       Mengawasi setiap kelompok secara bergiliran
5.       Memberikan bantuan kepada kelompok yang mengalami kesulitan

3

3
3

3


3

3
3

3


3

3
3

3

C.   Penutup
1.       Membimbing siswa membuat rangkuman
2.       Memberikan evaluasi

3
3

3
3

3
3
II
Pengelolaan Waktu
2
2
2
III
Antusiasme Kelas
  1. Siswa antusias
  2. Guru antisias

2
3

2
3

2
3

Jumlah
32
32
32
                        Keterangan           :          Nilai            : Kriteria 
1)       : Tidak Baik
2)       : Kurang Baik
3)       : Cukup Baik
4)       : Baik 

       Berdasarkan tabel di atas aspek-aspek yang mendapatkan kriteria kurang baik adalah memotivasi siswa, menyampaikan tujuan pembelajran,  pengelolaan waktu,  dan siswa antusias. Keempat aspek yang mendapat nilai kurang baik di atas, merupakan suatu kelemahan yang terjadi pada siklus I dan akan dijadikan bahan kajian untuk refleksi dan revisi yang akan dilakukan pada siklus II. Hasil observasi berikutnya adalah aktivitas guru dan siswa seperti pada tabel berikut:

Tabel 42. Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus I
No
Aktivitas Guru yang diamati
Presentase
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Menyampaikan tujuan
Memotivasi siswa
Mengkaitkan dengan pelajaran sebelumnya
Menyampaikan materi/ langkah-langkah/ strategi
Menjelaskan materi yang sulit
Membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep
Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan
Memberikan umpan balik
Membimbing siswa merangkum pelajaran
5,0
8,3
8,3
6,7
13,3
21,7
10,0
18,3
8,3
No
Aktivitas siswa yang diamati
Presentase
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guru
Membaca buku
Bekerja dengan sesama anggota kelompok
Diskusi antar siswa/ antara siswa dengan guru
Menyajikan hasil pembelajaran
Menyajikan/ menanggapi pertanyaan/ ide
Menulis yang relevan dengan KBM
Merangkum pembelajaran
Mengerjakan tes evaluasi
22,5
11,5
18,7
14,4
2,9
5,2
8,9
6,9
8,9

        Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa aktivitas guru yang paling dominan pada siklus I adalah membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep, yaitu 21,7%. Aktivitas lain yang presentasinya cukup besar adalah memberi umpan balik/ evaluasi, tanya jawab dan menjelaskan materi yang sulit yaitu masing-masing sebesar 13,3%. Sedangkan aktivitas siswa yang paling dominan adalah mengerjakan/ memperhatikan penjelasan guru yaitu 22,5%. Aktivitas lain yang presentasinya cukup besar adalah bekerja dengan sesama anggota kelompok, diskusi antara siswa/ antara siswa dengan guru, dan membaca buku yaitu masing-masing 18,7 % 14,4 dan 11,5%.
       Pada siklus I, secara garis besar kegiatan belajar mengajar dengan metode pembelajaran kooperatif model STAD sudah dilaksanakan dengan baik, walaupun peran guru masih cukup dominanuntuk memberikan penjelasan dan arahan, karena model tersebut masih dirasakan baru oleh siswa.
     Berikutnya dalah rekapitulasi hasil tes formatif siswa seperti  terlihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus I
No
Uraian
Hasil Siklus I
1
2
3
Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Presentase ketuntasan belajar
6,79
26
68,2

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa, dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif model STAD diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah  6,79 dan ketuntasan belajar mencapai 68,42% atau ada 26 siswa dari 38 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secaraa klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya sebesar 68,42% lebih kecil dari presentase ketuntasan yangt dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif model STAD.

c.       Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut:
1)            Guru kurang maksimal dalam memotivasi siswa dan dalam menyampaikan tujuan pembelajaran.
2)            Guru kurang bm,aksimal dalam pengelolaan waktu
3)            Siswa kurang aktif selama pembelajaran berlangsung 

d.      Analisis data penelitian siklus I
1)      Ranah Psikomotor
-          Siswa yang mendapat nilai 60 tidak ada
-          Siswa yang mendapat nilai 70 sebanyak 15 (38,46%)
-          Siswa yang mendapat nilai 80 sebanyak 2 (61,54%)
-          Berarti siswa yang mendapat nilai di atas  70 sebanyak 61,54%, secaraa klasikal termasuk kategori belum tuntas.
2)      Ranah Afektif
-          Siswa mendapat nilai C sebanyak 6 (15,38%)
-          Siswa yang mendapat nilai B sebanyak 26 (66,67%)
-          Siswa yang mendapat nilai A sebanyak 7 (17,95%)
Berarti siswa yang mendapat nilai di atas C sebanyak 84,62%, secaraa klasikal termasuk kategori tuntas.

e.       Revisi
     Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya:
1)      Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Dimana siswa diajak untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan.
2)       Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan menambahkan informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi catatan
3)      Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa sehingga siswa bisa lebih antusias. 
2.      Siklus II
a.      Tahap perencanaan
          Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri ari rencana pelajaran 2, soal tes formatif 2 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengelolaan metode pembelajaran kooperatif model STAD dan lembar observasi guru dan siswa. 

b.      Tahap kegiatan dan pelaksanaan
      Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan paa tanggal 12 November 2011 di Kelas VI-A SD Al Bayan Islamic School dengan jumlah siswa 25 siswa. Pelaksanan metode pembelajaran kooperatif  model STAD melalui tahapan sebagai berikut; (1) Pelaksanaan pembelajran, (2) Diskusi klompok, (3) Tes, (4) Penghargaan kelompok, (5) Menentukan nilai individual dan kelompok. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengajar, sedangkan yang bertindak sebagi pengamat adalah seorang guru PKn dan Wali Kelas VI-A SD Al Bayan Islamic School. Adapun proses belajar mengajar mengacu paa rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakanbersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
       Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrument yang digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagi berikut:
Tabel 4.4 Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus II
No
Aspek yang diamati
Penilaian
Rata-rata
P1
P2
I
Pengamatan KBM
A.   Pendahuluan 
1.       Memotivasi siswa
2.       Menyampaikan tujuan pembelajaran
3.       Menghubungkan dengan pelajaran sebelumnya  
4.       Mengatur siswa dalam kelompok-kelompok belajar
3
3

3
4

3
3,5

B.   Kegiatan inti
1.       Mempresentasikan langkah-langkah metode pembelajaran kooperatif
2.       Membimbing siswa melakukan kegiatan
3.       Melatih keterampilan kooperatif
4.       Mengawasi setiap kelompok secara bergiliran
5.       Memberikan bantuan kepada kelompok yang mengalami kesulitan
3
4
4
4
3
4
4
4
4
3
3,5
4
4
4
3
A.   Penutup
1.       Membimbing siswa membuat rangkuman
2.       Memberikan evaluasi

3
4

4
4

3,5
4
II
Pengelolaan Waktu
3
3
2
III
Antusiasme Kelas
1.       Siswa antusias
2.       Guru antisias

4
4

3
4

3,5
4

Jumlah
41
43
42
                      Keterangan :             Nilai   : Kriteria 
1)       : Tidak Baik
2)       : Kurang Baik
3)       : Cukup Baik
4)       : Baik 

      Dari tabel di atas, tanpak aspek-aspek yang diamati pada kegiatan belajar mengajar (siklus II) yang dilaksanakn oleh guru dengan menerapkan metode pembelajarn kooperatif model STAD mendapatkan penilaian yang cukup baik  dari pengamat. Maksudnya, dari seluruh penilaian tidak terdapat nilai kurang. Namun demikian penilaian tesebut belum merupakan hasil yang optimal, untuk itu ada beberapa aspek yang perlu mendapatkan perhatian untuk penyempurnaan penerapan pembelajaran selanjutnya. Aspek-aspek tersebut adalah memotivasi siswa, membimbing siswa merumuskan kesimpulan/ menemukan konsep, dan pengelolaan waktu.
       Dengan penyempurnaan aspek-aspek I atas alam penerapan metode pembelajarn kooperatif model STAD diharapkan siswa dapat menyimpulkan apa yang telah mereka pelajari dan mengemukakan pendapatnya sehingga mereka akan lebih memahami tentang apa ynag telah mereka lakukan.

Berikut disajikan hasil observasi akivitas guru dan siswa:
Tabel 4.5. Aktivitas Guru Dan Siswa Pada Siklus II
No
Aktivitas Guru yang diamati
Presentase
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Menyampaikan tujuan
Memotivasi siswa
Mengkaitkan dengan pelajaran sebelumnya
Menyampaikan materi/ langkah-langkah/ strategi
Menjelaskan materi yang sulit
Membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep
Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan
Memberikan umpan balik
Membimbing siswa merangkum pelajaran
6,7
6,7
6,7
11,7
11,7
25,0
8,2
16,6
6,7
No
Aktivitas siswa yang diamati
Presentase
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guru
Membaca buku
Bekerja dengan sesama anggota kelompok
Diskusi antar siswa/ antara siswa dengan guru
Menyajikan hasil pembelajaran
Menyajikan/ menanggapi pertanyaan/ ide
Menulis yang relevan dengan KBM
Merangkum pembelajaran
Mengerjakan tes evaluasi
17,9
12,1
21,0
13,8
4,6
5,4
7,7
6,7
10,8

     Berdasarkan tabel I di atas, tampak bahwa aktifitas guru yang paling dominan pada siklus II adalah membimbing dan mengamati siswa dalam menentukan konsep yaitu 25%. Jika dibandingkan dengan siklus I, aktivitas ini mengalami peningkatan. Aktivitas guru yang mengalami penurunan adalah memberi umpan balik/evaluasi/ Tanya jawab (16,6%), mnjelaskan materi yang sulit (11,7). Meminta siswa mendiskusikan dan menyajikan hasil kegiatan (8,2%), dan membimbing siswa merangkum pelajaran (6,7%).
      Sedangkan untuk aktivitas siswa yang paling dominan pada siklus II adalah bekerja dengan sesama anggota kelompok yaitu (21%). Jika dibandingkan dengan siklus I, aktifitas ini mengalami peningkatan. Aktifitas siswa yang mengalami penurunan adalah mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru (17,9%). Diskusi antar siswa/ antara siswa dengan guru (13,8%), menulis yang relevan dengan KBM (7,7%) dan merangkum pembelajaran (6,7%). Adapun aktifitas siswa yang mengalami peningkatan adalah membaca buku (12,1%), menyajikan hasil pembelajaran (4,6%), menanggapi/mengajukan pertanyaan/ide (5,4%), dan mengerjakan tes evaluasi (10,8%).
      Berikutnya adalah rekapitulasi hasil tes formatif siswa  terlihat pada tabel berikut:

Tabel 4.6. Rekapiltulasi Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus II
No
Uraian
Hasil Siklus I
1
2
3
Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Presentase ketuntasan belajar
7,29
31
81,58

       Dari tabel diatas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 7,29 dan ketuntasan belajar mencapai 81,58% atau ada 31 siswa dari 38 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar secaraa klasikal telah mengalami peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini karena setelah guru menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi ntk belajar. Selain itu siswa juga sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan  dan diinginkan guru dengan menerapkan metode pembelajarn kooperatif model STAD. 

c.       Analisis data penelitian Siklus I
1)      Ranah Psikomotor
-          Siswa yang mendapat nilai 60 tidak ada
-          Siswa yang mendapat niali tujuh puluh sebanyak 15 (38,46%)
-          Siswa yang mendapat nilai 80 sebanyak 24 (61,54%)
Berarti siswa yang mendapat nilai di atas 70 sebanyak 61,54%, secaraa klasikal termasuk kategori belum tuntas.

2)      Ranah Afektif 
-          Siswa yang mendapat nilai C sebanyak 6 (15,38%)
-          Siswa yang mendapat nilai B sebanyak 26 (66,67%)
-          Siswa yang mendapat nilai A sebanyak 7 (17,95%)
Berarti siswa yang mendapat nilai di atas C sebanyak 84,62%, secaraa klasikal termasuk kategori tuntas.

d.    Refleksi
      Dalam pelaksanaan kegiatan belajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut:
1)      Memotivasi siswa
2)      Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep
3)      Pengelolaan waktu

e.       Revisi Rancangan
        Pelaksanan kegiatan belajar pada Siklus II ini masih terdapat kekurangan-kekurangan. Maka perlu adanya revisi untuk dilaksanakan pada siklus II antara lain:  
1.    Guru dalam memotivasi siswa hendaknya dapat membuat siswa lebih termotivasi selama proses belajar mengajar berlangsung.
2.    Guru harus lebih dekat dengan siswa sehingga tidak ada perasaan takut dalam diri siswa baik untuk mengemukakan pendapat atau bertanya.
3.      Guru harus lebih sabar dalam membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep.
4.      Guru harus mendistribusikan waktu secaraa baik sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
5.      Guru sebaiknya menambah lebih banyak contoh soal dan meberi soal-soal-soal latihan pada siswa untuk dikerjakan pada setiap kegiatan belajar mengajar. 
3.      Siklus III
a.      Tahap Perencanaan
     Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 3, soal tes formatif 3 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengelolaan metode pembelajaran kooperatif model STAD dan lembar observasi aktifitas guru dan siswa. 

b.      Tahap Kegiatan dan Pengamatan
                 Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III dilaksanakan pada tanggal 19 November 2011 di kelas VI-A SD Al Bayan Islamic School dengan jumlah siswa 25 siswa. Pelaksanaan metode pembelajaran kooperatif model STAD melalui tahapan sebagai berikut: (1) Pelaksanaan pembelajaran, (2) Diskusi kelompok, (3) Tes, (4) Penghargaan kelompok, (5) Menentukan nilai individual dan kelompok. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengajar, sedangkan yang bertindak sebagai pengamat adalah seorang guru PKn dan Wali Kelas VI-B SD Al Bayan Islamic School. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
                 Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrument yang digunakan adalah tes formatif III dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar  yang telah dilakukan. Instrument yang digunakan adalah tes formatif III. Adapun data hasil penelitian pada siklus III adalah sebagai berikut:
Tabel 4.7. Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus III
No
Aspek yang diamati
Penilaian
Rata-rata
P1
P2
I
Pengamatan KBM
A.    Pendahuluan 
1.       Memotivasi siswa
2.       Menyampaikan tujuan pembelajaran
3.       Menghubungkan dengan pelajaran sebelumnya  
4.       Mengatur siswa dalam kelompok-kelompok belajar
3
4

3
4

3
4

B.   Kegiatan inti
1.       Mempresentasikan langkah-langkah metode pembelajaran kooperatif
2.       Membimbing siswa melakukan kegiatan
3.       Melatih keterampilan kooperatif
4.       Mengawasi setiap kelompok secara bergiliran
5.       Memberikan bantuan kepada kelompok yang mengalami kesulitan
4
4
4
4
3
4
4
4
3
3
4
4
4
3,5
3
C.   Penutup
1.       Membimbing siswa membuat rangkuman
2.       Memberikan evaluasi

4
4

4
4

4
4
II
Pengelolaan Waktu
3
3
3
III
Antusiasme Kelas
1.                                                                                                             Siswa antusia
2.                                                                                                             Guru antisias

4
4

4
4

4
4

Jumlah
45
44
44,5
                       
                              Keterangan :      Nilai :  Kriteria 
1      : Tidak Baik
2.     : Kurang Baik
3.     : Cukup Baik
4.     : Baik 

Dari tabel di atas, dapat dilihat aspek-aspek yang diamati pada kegiatan belajar mengajar (siklus III) yang dilaksanakan oleh guru dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif model STAD mendapatkan penilaian cukup baik dari pengamat adalah memotivasi siswa, membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep, dan pengelolaan waktu.
Penyempurnaan aspek-aspek diatas dalam menerapkan metode pembelajaran kooperatif model STAD diharapkan dapat berhasil semaksimal mungkin. 
Tabel 4.8. Aktivitas Guru dan Siswa Pada Siklus III
No
Aktivitas Guru yang diamati
Presentase
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Menyampaikan tujuan
Memotivasi siswa
Mengkaitkan dengan pelajaran sebelumnya
Menyampaikan materi/ langkah-langkah/ strategi
Menjelaskan materi yang sulit
Membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep
Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan
Memberikan umpan balik
Membimbing siswa merangkum pelajaran
6,7
6,7
10,7
13,3
10,0
22,6
10,0
11,7
10,0
No
Aktivitas siswa yang diamati
Presentase
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guru
Membaca buku
Bekerja dengan sesama anggota kelompok
Diskusi antar siswa/ antara siswa dengan guru
Menyajikan hasil pembelajaran
Menyajikan/ menanggapi pertanyaan/ ide
Menulis yang relevan dengan KBM
Merangkum pembelajaran
Mengerjakan tes evaluasi
20,8
13,1
22,1
15,0
2,9
4,2
6,1
7,3
8,5

        Berdasarkan tabel diatas tampak bahwa aktivitas guru yang paling dominan pada siklus III adalah membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep yaitu 22,6%, sedangkan aktivitas menjelaskan materi yang sulit dan memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab  menurun masing-masing sebesar (10%), dan (11,7%). Aktivitas lain yang mengalami peningkatan adalah mengkaitkan dengan pelajaran sebelumnya (10%), menyampiakan materi/strategi/langkah-langkah (13,3%), meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan (10%), dan membimbing siswa merangkum pelajaran (10%). Adapun aktivitas ynag tidak menglami perubahan adalah menyampaikan tujuan (6,7%) dan memotivasi siswa (6,7%).
       Sedangkan untuk aktivitas siswa yang paling dominan pada siklus III adalah bekerja dengan sesama anggota kelompok yaitu (22,1%) dan mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru (20,8%), aktivitas yang mengalami peningkatan adalah membaca buku siswa (13,1%) dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru (15,0%). Sedangkan aktivitas yang lainnya mengalami penurunan.
       Berikutnya adalah rekapitukasi  hasil tes formatif siswa seperti terlihat pada tabel berikut.

Tabel 4.9. Rekapiltulasi Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus II
No
Uraian
Hasil Siklus III
1
2
3
Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Presentase ketuntasan belajar
7,97
36
94,74

     Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar 7,97 dan dari 25 siswa yang telah tuntas sebanyak 23 siswa dan 2 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 94,74% (termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus III ini di pengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan metode pembelajaran kooperatif moel STAD sehingga siswa menjadi lebih terbiasa dengan  pembelajaran seperti  ini sehingga  siswa lebih mudah            dalam memahami materi yang telah diberikan.

c.       Refleksi
          Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan penerapan metode pembelajaran kooperatif model STAD. Dari data-data yang telah diperoleh dapat diuraikan sebagi berikut:
1)      Selama proses belajar mengajar guru telah mekasanakan semua pembeljaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspk yang belum sempurna, tetapi presentase pelaksanaanya untuk masing-masing aspek cukup besar.
2)      Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar mengajar berlangsung.
3)      Kekurangan pada siklus-siklus sebeelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.
4)      Hasil belajar siswa paa siklus III mencapai ketuntasan.

d.   Revisi Pelaksanaan
       Pada siklus III guru telah menerapkan metode pemebelajaran kooperatif model STAD dengan baik dan dilihat dari kativitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan rvisis terlau banyak , tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan metode pembelajaran kooperatif model STAD dapat meningkatkan proses belajar mengajar, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

B.  Pembahasan
  1. Ketuntasan hasil belajar siswa
Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahawa metode pembelajran kooperatif model STAD memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasanbelajar meningkat dari siklus I, II, dan III) yaitu masing-masing 68,2%, 81,58% dan 94,74%. Pada siklus III kketuntasan blajr siswa secaraa klasikal telkah tercapai. Sedangakn kelompok yang mendapatkan penghargaan adalah kelompok I dengan nilai kelompok tertinggi sebesar 6,17. 

  1. Kemampuan Guru Dalam Mengelola Pembelajaran
 Berdasarkan anlisis data, diperoleh aktifitas siswa dalam proses belajar mengajar dengan mennerapkan metode pembelajaran kooperatif model STAD dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap presasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terusa menglami peningkatan.

  1. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran
Berdasakan analisi data, diperoleh aktifitas siswa dalam proses pembelajran PKn pada pokok bahasan sistem politik dengan metode pembelajaran kooperatif model STAD yang paling dominan adalah bekerja dengan sesama anggota kelompok, mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guru dan iskusi antar siswa /antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahawa aktifitas siswa dikategorikan aktif.
Sedangkan untuk aktifitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan langkah-langkah kegiatan belajar mengajar dan menerapkan pengajaran konstektual model pengajaran berbasis maslah dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul, diantaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep, menjelaskan materi yang sulit, memberi umpan balik/ evaluasi/ tanya jawab dimana prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar.

BAB V
SIMPULAN DAN  SARAN

A.    Simpulan
      Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan selama 3 (tiga) siklus, hasil seluruh pembahasan serta analisis yang tela dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.      Metode pembelajaran kooperatif model STAD dapat meningkatkan kualitas pembelajaran PKn.
2.      Metode pembelajaran kooperatif model STAD memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestsi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (68,42%), siklus II (81,58%), siklus III (94,74%).
3.      Metode pembelajaran kooperatif model STAD dapat menjadikan siswa merasa dirinya mendapat perhatian dan kesempatan untuk menyampaikan pendapat, gagasan, ide, dan pertanyaan.
4.      Siswa dapat bekerja secara mandiri maupun kelompok, serta mampu mempertanggungjawabkan tugas individu maupun kelompok.
5.      Penerapan metode pembelajaran kooperatif model STAD mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

B.     Saran
       Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelum agar proses belajar mengajar PKn lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut :
1.        Untuk melaksanakan metode pembelajaran kooperatif model STAD memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan Metode pembelajaran kooperatif model STAD dalam pross belajar mengajar sehingga memperoleh hasil yang optimal.
2.        Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode pengajaran, walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantiny dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.
3.        Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya dilakukan di kelas VI-B SD Al Bayan Islamic School Semester Ganjil - Tahun Pelajaran 2011/2012.
4.        Untuk peneltian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan agar diperoleh hasil yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindon .

Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Mengajar Secaraa Manusiawi. Jakarata: Rineksa  Cipta

Arikunto, Suharsimi. 2001.Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta.

Azhar, Lalu Muhammad. 1993. Proses Belajar Mengajar Pendidikan.  Jakarta: Usaha Nasional.

Daroeso, Bambang. 1989.  Dasar dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila. Semarang: Aneka Ilmu.

Depdiknas, 2000, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, 2000, Dirjen Dikdasus Depdiknas, Jakarta

Depdiknas, 2000, Manajemen Sekolah, Dirjen Dikdasus Depdiknas, Jakarta

Depdiknas, 2007, Himpunan Perundang-undangan Republik Indonesia Bidang Pendidikan dan Kebudayaan, Depdikbud Jakarta

Djamarah,Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Putra.

Djamarah,Syaiful Bahri. 2002. psikologi belajar. Rineksa Putra.

Felder, Richad M. 1994.  Cooperative Learning In The Technical Corse, (online), (Pcll\d\My% Document\Coop % 20 Report.

Hadi, Sutrisno. 1982. metodologi research, jilid I.yogayakarta: yp. Fak. Psikologi UGM.

Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo

Hasibuan, JJ. dan Moerdjiono. 1998. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Margono. 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineksa Cipta.

Masriyah. 1999. Analisis Butir Tes. Surabaya: Universiats Press.

Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan.  Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nur,Moh. 2001. Pemotivasian Siswa Untuk Belajar. Surabaya. University Press.
Universitas Negeri Srabaya.

Nur, Muhammad. 1996. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya University Negeri.

Riduwan. 2005. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru–Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.

Rustiyah, N.K.1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta Bina Aksara.

Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.

Siti Maryam, 2001, Status Gizi, Peer Group dan Aktifitas Harian serta Kaitannya dengan Prestasi Belajar Remaja Studi Kasus pada dua SMU (SMU Negeri 1 dan SMU BBS) di Kota Bogor, Tesis Pasca Sarjana yang tidak dipublikasikan, Fateta IPB, Bogor

Soekamto. Toeti. 1997. Teori Belajar dan Model Pembelajaran. Jakarta: PAU-PPAI, Universitas Terbuka.

Soetomo, 1993. Dasar-Dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya Usaha Nasional.

Sudjana, N dan Ibrahim. 1989. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru.

Sudjana. 1996. Metode Statistik. Bandung: Tarsito.

Sukidin dkk. 2002. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: Insane Cendekia.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Surakhamad, Winarno. 1990. Metode Pengajaran Nasional. Bandung: Jemmars.

Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineksa Cipta.

Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan, Suatu Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.     






Tidak ada komentar: